Dengandemikian, aspek pertanggungjawaban, integritas moral dan etika, transparansi, impartialitas, profesionalisme dan aspek pengawasan, merupakan rambu-rambu diakuinya kebebasan dan independensi hakim (Goesniadhie, 2006:176-177). Berkaitan dengan topik penelitian ini, maka akan dikaji data sekunder yang berkaitan dengan Bagaimana
Merefleksikanpemahaman dilema etika dan bujukan moral terhadap kutipan tentang definisi pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.#pgp#angk 1 kab Cirebon. To give you the best possible experience, this site uses cookies.
2 Dilema trem. Dilema trem atau kereta api adalah satu lagi klasik antara dilema etika / moral, yang dibuat oleh Philippa Foot. Di dalam dilema ini, berikut dicadangkan: "Trem / kereta api tidak dapat dikawal dan pada kelajuan penuh di landasan, sejurus sebelum perubahan jarum.
C Masalah Etik Moral dan Dilema Dalam Praktek Kebidanan Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan salah satunya adalah karena bidan merupakan profesi yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat sehubungan dengan klien serta harus mempunyai tanggung jawab moral terhadap keputusan yang diambil.
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. Dilema Etika dan Bujukan MoralOleh Abdul Azis, SD Negeri Ai Puntuk Hilir /Pengajar Praktik CGP Angkatan 7Bersalaman, Sumber etika benar vs benar adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral benar vs salah yaitu situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah. Dari proses pengalaman kita sehari hari dalam bekerja di manapun tentu kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup dalam berkehidupan sosial kemasyarakatan. Dibawah ini sedikit saya berbagi untuk mengurai bagaimana dilema etika dan bujukan moral itu sendiri. Paradigma Dilema Etika Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini 1. Individu lawan masyarakat individual vs community Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar. “Individu” di dalam paradigma ini tidak selalu berarti “satu orang”. Ini juga dapat berarti kelompok kecil dalam hubungannya dengan kelompok yang lebih besar. Seperti juga “kelompok” dalam paradigma ini dapat berarti kelompok yang lebih besar lagi. Itu dapat berarti kelompok masyarakat kota yang sesungguhnya, tapi juga bisa berarti kelompok sekolah, sebuah kelompok keluarga, atau keluarga Kita. Dilema individu melawan masyarakat adalah bagaimana membuat pilihan antara apa yang benar untuk satu orang atau kelompok kecil , dan apa yang benar untuk yang lain, kelompok yang lebih besar. Guru kadang harus membuat pilihan seperti ini di dalam kelas. Bila satu kelompok membutuhkan waktu yang lebih banyak pada sebuah tugas, tapi kelompok yang lain sudah siap untuk ke pelajaran berikutnya, apakah pilihan benar yang harus dibuat? Guru mungkin menghadapi dilema individu lawan kelompok. 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan justice vs mercy Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain. Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk menuruti peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa hormat terhadap keadilan atau sama rata. Pilihan untuk membengkokkan peraturan dapat dibuat berdasarkan rasa kasihan kebaikan Misalnya ada peraturan di rumah Kita harus ada di rumah pada saat makan malam. Misalnya suatu hari Kita pulang ke rumah terlambat karena seorang teman membutuhkan bantuan kita. Ini dapat menunjukkan dilema keadilan lawan rasa kasihan, terhadap orang tua Kita. Apakah ada konsekuensi dari melanggar peraturan tentang pulang ke rumah tepat waktu untuk makan malam, atau haruskah orang tua kita membuat pengecualian? 3. Kebenaran lawan kesetiaan truth vs loyalty Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia atau bertanggung jawab kepada orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya. Hampir dari kita semua pernah mengalami harus memilih antara mengatakan yang sebenarnya atau melindungi teman saudara yang dalam masalah. Ini adalah salah satu contoh dari pilihan atas kebenaran melawan kesetiaan. 4. Jangka pendek lawan jangka panjang short term vs long term Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang. Paradigma ini bisa terjadi di level personal dan permasalahan sehari-hari, atau pada level yang lebih luas, misalnya pada issue-issue dunia secara global, misalnya lingkungan hidup dll. Orang tua kadang harus membuat pilihan ini. Contohnya Mereka harus memilih antara seberapa banyak uang untuk digunakan sekarang dan seberapa banyak untuk ditabung nanti. Pernahkah Kita harus memilih antara bersenang-senang atau melatih instrumen musik atau berolahraga? Bila iya, Kita telah membuat pilihan antara jangka pendek melawan jangka panjang. Prinsip Dilema Etika Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Sementara akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43. Dari kutipan di atas kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Berikut ada 3 tiga pernyataan dalam sebuah kasus ketika akan mengambil keputusan 1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak. 2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Kita. 3. Melakukan apa yang Kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri Kita. Selama ini pada saat mengambil keputusan, lkitasan pemikiran kita memiliki kecenderungan pada prinsip nomor 1, 2, atau 3? Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Dalam seminar-seminar, ketiga prinsip ini yang seringkali membantu dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. Kidder, 2009, hal 144. Ketiga prinsip tersebut adalah 1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir Ends-Based Thinking 2. Berpikir Berbasis Peraturan Rule-Based Thinking 3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli Care-Based Thinking Berikut 9 langkah Pengambilan Keputusan Di bawah ini adalah 9 langkah yang telah disusun secara berurutan untuk memandu kita dalam mengambil keputusan pada situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang bertentangan. Langkah 1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini. Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah yang penting dalam pengujian keputusan. Alasan yang pertama, langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk mengenali hal ini bukanlah hal yang mudah. Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika lagi. Langkah 2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan. Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil. Langkah 3 Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang. Langkah 4 Pengujian benar atau salah, meliputi a. Uji Legal Pertanyaan yang harus diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral. b. Uji Regulasi/Stkitar Profesional Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Kita tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi kita, tapi kita akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Kita. c. Uji Intuisi Langkah ini mengkitalkan tingkatan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat kita merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang kita yakini. Walaupun mungkin kita tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa dikitalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar. d. Uji Halaman Depan Koran Apa yang Kita akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dan sesuatu yang Kita anggap merupakan ranah pribadi Kita tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila Kita merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar Kita sedang menghadapi dilema etika. e. Uji Panutan/Idola Dalam langkah ini, kita akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan kita, misalnya ibu kita. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu kita, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi kita dan orang yang sangat berarti bagi lingkungan kita. Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan Rule-Based Thinking yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam. Uji halaman depan koran, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir Ends-Based Thinking yang mementingkan hasil akhir. Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli Care-Based Thinking, di mana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Kita meletakkan diri Kita pada posisi orang lain. Bila situasi dilema etika yang Kita hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil risiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Kita karena situasi yang Kita hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral. Langkah 5 Pengujian Paradigma Benar lawan Benar. Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi ini? 1. Individu lawan masyarakat individual vs community 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan justice vs mercy 3. Kebenaran lawan kesetiaan truth vs loyalty 4. Jangka pendek lawan jangka panjang short term vs long term Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting. Langkah 6 Melakukan Prinsip Resolusi Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai? o Berpikir Berbasis Hasil Akhir Ends-Based Thinking o Berpikir Berbasis Peraturan Rule-Based Thinking o Berpikir Berbasis Rasa Peduli Care-Based Thinking Langkah 7 Investigasi Opsi Trilema Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah Langkah 8 Buat Keputusan Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya. Langkah 9 Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya. Editor Ruslan Wahid Penulis Abdul Azis
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Mataram - Membahas etika dan moral tidak akan pernah usai sepanjang manusia itu ada, karena bagaimana pun juga masalah etika dan moral melekat pada diri manusia itu sendiri. Padanannya, etika dan moral tidak akan dibahas ketika sudah tidak ada yang membahasnya dan tidak ada wadah manusia yang ditempati oleh etika dan moral tersebut. Terdapat perbedaan yang mendasar antara etika dan moral, meski pada banyak sempat dan ruang, kedua diksi ini disepadankan maknanya. Secara umum etika dipahami sebagai aturan perilaku yang diakui bersama dan berkaitan dengan kelas tertentu dari tindakan yang dilakukan manusia atau kelompok, maupun budaya tertentu yang ada di masyarakat. Sementara itu, moral lebih fokus dipahami sebagai suatu prinsip atau kebiasaan yang berhubungan dengan perilaku benar atau salah. Dalam konteks yang lebih luas, membahas masalah etika tidak sekedar membahas putih atau hitamnya sesuatu, akan tetapi membahas perbedaan antara tindakan yang sesungguhnya dan yang tidak. Area inilah yang kemudian berpotensi menimbulkan permasalahan moral atau godaan moral ataupun dilema moral. Etika sebagai filsafat moral merupakan refleksi kritis untuk memungkinkan seseorang dalam menentukan pilihan, menentukan sikap dan bertindak benar sebagai manusia dalam situasi konkrit dan kritis. Sehingga objek etika yang kita kenal dapat berupa pernyataan moral. Oleh karena itu, etika dapat juga dikatakan sebagai filsafat tentang bidang moral. Sepanjang ini, etika tidak mempersoalkan keadaan manusia melainkan bagaimana manusia itu harus kasus yang dapat dijadikan sebagai gambaran adalah sebagai seorang kepala keluarga, Dollah lebih memilih untuk membelanjakan gaji bulanannya terlebih dahulu untuk keperluan hobinya membeli onderdil mobil, games atau bahkan untuk berjudi dan bersenang-senang dengan temannya dan jika ada sisanya baru diserahkan Dollah kepada istrinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam perspektif moral, tentu perbuatan Dollah tersebut sangat tidak pantas, tidak etis atau immoral. Sebagai kepala keluarga, Dollah memiliki kewajiban mendasar untuk mengutamakan istri dan anak-anak di atas kebutuhan pribadi. Sikap immoral Dollah menyadarkan kita bahwa sejatinya, etika yang memiliki nilai moral memang harus dilaksanakan dalam situasi konkrit sebagaimana yang dihadapi seseorang jika ingin dikatakan sebagai sosok bermotal yang melakukan tindakan etis. Untuk bertindak etis pada situasi konkrit yang dihadapi, tidak ditentukan oleh norma dan nilai moral saja, tetapi juga diperlukan suatu critical evaluation terhadap semua situasi yang terkait. Oleh karena itu, etika sebagai filsafat moral yang bersifat situasional memerlukan informasi tambahan tentang sesuatu yang telah terjadi situasi empiris sehingga memungkinkan seseorang dapat menentukan sikap dan perilaku tepat untuk dilakukan atau mengambil keputusan yang tepat terhadap tindakan yang telah dilakukan. Dengan kata lain, etika sebagai filsafat moral menuntut individu agar bersikap dan berperilaku secara kritis dan rasional. Individu tersebut harus tahu dan sadar bahwa sikap dan perilakunya, akan berdampak baik bagi dirinya sendiri maupun baik bagi orang lain. 1 2 3 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Professor de Filosofia, Mestre em Ciências da Educação De modo geral, a ética é uma área da filosofia, também chamada de Filosofia Moral. Nela, são estudados os princípios fundamentais das ações e do comportamento a moral é uma construção social formada pelo conjunto dessas ações e comportamentos através do entendimento sobre quais são bons e quais são maus, visando criar normas que orientem as ações dos indivíduos pertencentes a um mesmo como todos os temas filosóficos, não há um consenso relativo a essa diferença. Alguns autores tratam ética e moral como sinônimos. Isso se dá porque as raízes etimológicas das palavras são os termos derivam da mesma ideiaÉtica vem do grego ethos, que significa “costumes”, “hábitos” e, em última instância, “o lugar em que se habita”.Moral tem origem no latim mores, que significa “costumes”, “hábitos” e é raiz também de nossa palavra “morada”, o lugar em que se mora do verbo morar. ÉTICA MORAL Definição Reflexão filosófica acerca dos princípios motores das ações humanas certo e errado; justo e injusto; bem e mal. Código cultural de normas que orientam as ações dos indivíduos inseridos em um determinado contexto. Caráter Universal Particular cultural/pessoal Fundamentação Fundamenta-se na teoria princípios Fundamenta-se nos costumes e hábitos comportamentos Exemplo Deontologia Bioética Moral cristã Moral grega O que é ética?Ética, ou filosofia moral, é uma área do conhecimento dedicada à investigação dos princípios das ações humanas. Em outras palavras, a ética é o estudo sobre as bases da desenvolve teorias sobre o desenvolvimento do comportamento humano e a construção de valores compartilhados socialmente, que orientam as reflexão sobre conceitos-chave como "o bem", "a justiça" e "a virtude", constroem o saber ético, iniciado no período antropológico da filosofia grega marcado pela tríade no texto Ética a Nicômaco, de Aristóteles, o filósofo define a ética como uma disciplina da filosofia e busca definir a relação entre os comportamentos humanos, a virtude e a a ética se ocupa da teorização e construção de princípios que fundamentem diversas atividades. A deontologia, por exemplo, é uma área que visa estabelecer as bases éticas para o desenvolvimento profissional. Assim como a bioética - um ramo dedicado a refletir sobre quais princípios a ciência deve se desenvolver, tendo como foco o respeito à que a moral se distingue da ética?A moral tem como característica fundamental atuar como uma norma que orienta os comportamentos humanos. Ainda que se pressuponha a liberdade dos indivíduos e a impossibilidade de prever todas as ações, a moral vai desenvolver valores nos quais as ações devem estar das teorias éticas, que buscam as características universais do comportamento humano, a moral estabelece uma relação particular com os indivíduos, com sua consciência e a ideia do moral assume um caráter prático e normativo, em que a forma como se deve agir está diretamente relacionada aos valores morais construídos enquanto a ética propõe questões como "O que é o bem?", "O que é a justiça?", "O que é a virtude?"; a moral se desenvolve a partir da aprovação ou reprovação de uma conduta. "Esta ação é justa?", "É correto agir de determinada maneria?"Por exemplo, a moral cristã que serviu de base para a construção da cultura ocidental, considera a liberdade humana em sua relação com o livre-arbítrio. Mesmo assim, a liberdade para agir vai estar condicionada aos valores descritos nos textos sagrados. Sobretudo no evangelho do Novo Testamento, nos ensinamentos de Cristo e em todo o seu desdobramento histórico e a construção do pensamento de uma vida virtuosa toma como base os bons exemplos e a construção de um hábito social. Por isso, a moral, diferente da ética, vai estar sempre inserida em um contexto particular. Cada grupo social em diferentes momentos históricos possuirá valores morais também tambémValores moraisÉticaÉtica aristotélicaA Ética de Kant e o Imperativo CategóricoExercícios de Filosofia Referências Bibliográficas Chaui, Marilena. Convite à filosofia. Ática, 1995. Abbagnano, Nicola. Dicionário de Filosofia. 2ª tiragem. SP Martins Fontes 2003. Licenciado em Filosofia pela Universidade do Estado do Rio de Janeiro UERJ e Mestre em Ciências da Educação pela Universidade do Porto FPCEUP.
Sebelum bapak/ibu Guru CGP melakukan kegiatan Elaborasi pemahaman dengan instruktur,bapak/ibu guru perlu menyediakan bebepa pertanyaan yang harus di isi di ini adalah contoh pertanyaan yang terkait dengan modul tentang konsep pengambilan keputusan pemimpin Sehubungan Dengan Topik Dilema Etika dan Bujukan Moral1. Apa dasar yang membedakan antara dilema etika dengan Bujukan Moral? Karena saya terkadang masih ragu untuk membedakan dilema etika dan bujukan Bagaiman cara mengatasi/mengindari bujukan moral?Pertanyaan Sehubungan Dengan Topik 4 Paradigma Pengambilan Keputusan1. Dalam pengambilan sebuah keputusan sebenarnya mana yang harus kita terapkan apakah rasa keadilan atau rasa kasihan? Apakah memang perlu ada pengecualian dalam pengambilan keputusan kita?2. apakah keputusan yang kita ambil benar jika kita mengabaikan rasa kasihan dan tetap kokoh dalam menerapkan rasa keadilan?Pertanyaan Sehubungan Dengan Topik 3 Prinsip Pengambilan Keputusan1. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?2. Apakah ke tiga prinsip tersebut bisa diterapkan sekaligus dalam sebuah kasus dilema etika?Pertanyaan Sehubungan Dengan Topik 9 Langkah Pengujian Pengambilan Keputusan1. Ada 5 tahap uji benar dan salah dalam pengambilan kasus tersebut bisa dikatakan dilema etika bukan bujukan moral?Apakah lolos dari 5 tahap pengujian tersebut? Jika yang lolos tahap pengujian hanya 4 saja,apakah bisa juga dikatakan sebagai dilema etika?2. Saya masih kurang paham mengenai investigasi opsi bisa dijelaskan lebih detail lagi beserta contoh kasusnya!Pertanyaan Umum1. bagaiman cara kita sebagai seorang guru SD mengajarkan cara mengambil sebuah keputusan kepada anak didik saya dengan menerapkan Pradigma 3 prinsip sert 9 langkah pengujian keputusan?2. Keputusan yang tepat dan bijak itu seperti apa? apakah ada alat untuk mengukur atau mengujinya? saya seorang blogger
pertanyaan sehubungan dengan topik dilema etika dan bujukan moral